Ketika mulai memasuki bursa saham Indonesia pada tanggal 23 januari 2008, wacana global saya masih terlampau hijau. Saya terlambat mengetahui bahwasanya bursa saham global tengah memasuki fase krisis sejak Juli 2007. Diawali dengan krisis macet perumahan, yang kian melebar dan akut sehingga membawa perekonomian USA jatuh ke dalam jurang resesi.
Terjadilah gelombang koreksi tajam secara bertahap terhadap bursa saham Asia. Seiring dengan pelemahan bursa Dow Jones, beberapa investor besar mengalihkan dananya ke bursa komoditas. Aksi ini membuat harga-harga barang meningkat drastis. Meroketlah inflasi dalam tataran internasional !
Dunia kini tengah dihantui perlambatan pertumbuhan ekonomi. Stagflasi menjadi momok terkini yang paling ditakuti !
Di awal tahun 2008 BEI (Bursa Efek Indonesia) sudah mengalami 2 kali goncangan yang sangat tajam dan dalam. Dimana Indeks terjun bebas pada bulan Januari dan Maret. Saya yang masih dalam tahap belajar dan mencoba secepat mungkin untuk dapat menalar perkembangan bursa , tak ayal terjebak cukup lama di sepanjang bulan maret ini. 99,63% cash saya tersangkut pada saham-saham AALI, ITMG, ASII, UNTR, PTBA, ANTM, MEDC, BBCA, BMRI, BLTA, BRPT, CPIN, SOBI, ELTY dan BNBR karena membelinya pada saat indeks masih bergerak di level 2.700 an.
Dari crash demi crash yang telah terjadi ini, lalu saya coba telusuri apa yang menjadi penyebabnya. Hasil temuan sementara menunjukkan bahwa akar penyakit teridentifikasi dimulai pada bulan Juli 2007. Buble demi buble ekonomi yang tumbuh dan berkembang di sektor finansial USA adalah biang kerok penyebab jatuhnya ekonomi USA dan kini kuat mengancam ekonomi global. Perang , ketidak hati-hatian praktek bisnis sektor keuangan serta konspirasi menjadi sumber pemicu kerusakan ekonomi !
Hari ini (minggu - 30 maret 2008) IHSG masih bergerak pada level 2.470 an.
Beberapa analis percaya bahwa masih akan ada titik ekstrim puncak gelombang yang jauh lebih dahsyat, yang bisa menjatuhkan kembali IHSG ke titik nadir terbarunya. Apabila mengacu pada bulan Januari dan Maret level terendah IHSG berkisar di posisi 2.200, bukanlah tidak mungkin jika akibat dari puncak gelombang krisis kredit macet sudah teridentifikasi akan mampu menyeret IHSG ke level < 2200
Menghadapi fenomena tersebut, maka strategi yang akan saya tempuh yaitu short term trading - dimana prioritas awal berupaya untuk segera merealisasikan saham-saham yang telah profit dan lebih menerapkan dominasi 1-2 days trade.
Komposisi cash-stock akan diupayakan 50:50%. Bila Konservatif 70%-30%.
No comments:
Post a Comment